KABAR TERKINI
Search

Islam Adalah Kekuatan


ABDULLAH BIN QASIM AL WASYLISYARAH USHUL 'ISYRIN 
Kekuatan adalah lawan kata dari kelemahan. Dalam tatanannya, Islam telah memberi perhatian besar kepada aspek kekuatan sebagaimana perhatian yang diberikannya kepada pokok-pokok kehidupan primer yang lain, dan menganggap kedudukannya sangat penting demi melindungi akidah dan umatnya, menggetarkan dan menimbulkan rasa takut di dalam hati musuh-musuhnya, serta menghancurkan segala kekuatan yang menghalangi laju penyebaran akidah ini, yang hendak menempatkan dirinya sebagai Tuhan, yang memaksakan undang-undangnya dan tidak mengakui ketuhanan serta kekuasaan hukum Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggetarkan musuh Allah, musuhmu,…” (QS. Al- Anfal : 60)

Karena itu, bagi umat Islam kekuatan merupakan sebuah keniscayaan mendasar sebagai konsekuensi yang harus diwujudkan untuk mencapai tujuan-tujuan di atas, sekaligus merupakan salah satu kewajiban berdasarkan nash-nash Al-Quran maupun Sunah.

Imam Syahid berkata, “Islam tidak melalaikan aspek kekuatan ini, bahkan menjadikannya sebagai salah satu kewajiban yang pasti, serta tidak membedakannya dengan shalat dan puasa dalam hal apapun. Tidak ada satupun sistem di dunia ini, baik dahulu maupun sekarang yang memberi perhatian besar terhadap aspek ini sebesar perhatian yang Islam berikan kepadanya. Anda telah melihatnya dengan jelas dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala,

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggetarkan musuh Allah, musuhmu,…” (QS. Al- Anfal : 60)

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah : 216)

Pernahkah anda lihat amanat militer dalam Kitab suci yang selalu dibaca ketika shalat, zikir, ibadah, dan munajat seperti amanat yang diawali dengan perintah tegas dalam firman-Nya.

“Hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan di dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah.” (QS. An Nisa’ : 74), kemudian membangkitkan motivasi dan emosi yang paling sensitif dalam jiwa manusia yaitu menyelamatkan keluarga dan kampung halaman. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

“Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa, “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Makkah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dan sisi-Mu, dan berilah kami penolong dari sisi-Mu.” (QS. An-Nisa’ : 75)

Setelah itu Allah subhanahu wa ta’ala menjelaskan kepada mereka betapa luhur tujuan  mereka dan betapa rendah tujuan musuh-musuhnya. Hal ini untuk menjelaskan bahwa mereka rela membayar dengan harga yang sangat mahal yaitu kehidupan ini untuk mendapatkan hal yang sangat mahal yaitu keridhaan Allah subhanahu wa ta’ala, sementara pada saat yang sama, kaum selain mereka berperang tanpa tujuan sehingga mereka sangat lemah jiwanya dan sangat kerdil kepribadiannya.

“Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan taghut. Sebab itu perangilah kawan-kawan setan itu, sesungguhnya tipu daya setan adalah lemah. (QS. An Nisa : 76)

Kemudian Ia subhanahu wa ta’ala mencela orang-orang yang pengecut lagi enggan menunaikan kewajiban ini, memilih tugas ringan dan meninggalkan tugas kepahlawanan. Dijelaskannya bahwa sikap mereka itu keliru dan maju dalam pertempuran, tidak akan mendatangkan kemudaratan sedikitpun kepada mereka karena kematian pasti datang dan tidak dapat dihindari. Setelah ayat-ayat di atas Allah berfirman,

“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka, ‘Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah shalat, dan tunaikanlah zakat!’ Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah bahkan takutnya lebih besar dari itu. Mereka berkata, ‘Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami beberapa waktu lagi?’ Katakanlah, ‘Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun. Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkanmu meskipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi lagi kukuh, dan jika memperoleh kebaikan, mereka mengatakan, ‘Ini adalah dari sisi Allah’, dan bila ditimpa suatu musibah mereka mengatakan, ‘Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad).’ Katakanlah, ‘Semuanya (datang) dari sisi Allah.’ Maka mengapa orang-orang (munafik) itu, hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun.” (QS. An Nisa : 77-78)

Demi Allah, instruksi militer manakah yang sekuat ini, yang mampu membangkitkan tekad, kebesaran, dan keimanan dalam jiwa prajurit sebagaimana dikehendaki oleh komandannya?

Jika tegaknya kehidupan militer dalam tradisi mereka ditentukan oleh dua sendi utama yaitu keteraturan dan ketaatan, keduanya telah Allah himpun pada dua ayat di dalam kitab suci-Nya.

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kukuh.” (QS. Ash Shaf : 4)

“Taat dan mengucapkan perkataan yang baik (adalah lebih baik bagi mereka).” (QS. Muhammad : 21)

Jika Anda membaca seruan-seruan Islam untuk mempersiapkan dan menyempurnakan kekuatan, belajar memanah, menambatkan kuda, keutamaan mati syahid, besarnya pahala jihad dan infak fi sabilillah, menjamin kehidupan para mujahid, dan menguasai segala sesuatu yang berhubungan dengan jihad, niscaya Anda mendapatkan penjelasan yang sangat luas, baik dalam Al-Quran, hadits, sirah, maupun kitab-kitab fiqih yang bersih.

“Pengetahuan Tuhan kami meliputi segala sesuatu.” (QS. Al A’raf : 89)

Kekuatan adalah syiar Islam dalam seluruh tatanan dan syariatnya. Dengan sangat jelas Al-Qur’an menyerukan hal itu dan menyejajarkannya di dalam kitab suci-Nya dalam firman-Nya subhanahu wa ta’ala,

“Sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia.” (QS. Al Hadid : 25)

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah, dan keduanya adalah baik”. (HR. Muslim)

Bahkan kekuatan juga menjadi syiar Islam hingga dalam doa sekalipun. Padahal doa merupakan simbol kekhusyukan dan ketundukan. Dengarlah doa yang diucapkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam untuk dirinya sendiri, yang diajarkan kepada para sahabatnya, dan diucapkannya saat bermunajat kepada Tuhannya,

‘Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari duka dan kesedihan, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut dan bakhil, dan aku berlindung kepada-Mu dari kungkungan hutang dan hegemoni orang lain.’ (HR. Bukhari)

Tidakkah Anda perhatikan bahwa dalam doa tersebut Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam berlindung kepada Allah dari berbagai fenomena kelemahan; kelemahan tekad karena duka dan kesedihan, kelemahan produktivitas akibat kelesuan dan kemalasan, kelemahan jiwa dan harta karena sifat pengecut dan bakhil, serta rendahnya harga diri karena hutang dan hegemoni orang lain. Apa yang Anda inginkan dari orang yang mengikuti agama ini jika bukan menjadi orang yang kuat dalam segala hal, moto hidupnya adalah kuat dalam segala hal.

Kekuatan dalam Islam didasarkan kepada tiga landasan yaitu kekuatan akidah dan iman, kekuatan persatuan dan ikatan, serta kekuatan fisik dan senjata.

Suatu jamaah belum dikatakan kuat sebelum ia memenuhi seluruh dimensi-dimensi itu. Jamaah mana pun yang menggunakan kekuatan fisik dan senjata tapi cerai-berai, goyah tatanannya, lemah ideologinya, dan padam keyakinannya pasti akan menemui kehancuran dan kebinasaan.

Kekuatan yang Al Quran perintahkan kepada orang-orang beriman adalah kekuatan pada umumnya sebagaimana dimaksudkan dalam kata benda nakirah (indefinitif) pada firman-Nya,

“Dan persiapkanlah untuk mereka itu berupa kekuatan apa saja yang kalian mampu.” (QS. Al Anfal : 60)

Tugas meraih kekuatan yang disebutkan dalam ayat di atas adalah mengerahkan potensi hingga batas maksimal yang komunitas Muslim tidak berhenti dan berpangku tangan dalam mengupayakan faktor-faktor kekuatan yang masih dalam jangkauannya.

Di antara jenis kekuatan itu adalah kekuatan melempar, meliputi segala jenis lemparan dan alat yang digunakan, karena kata min pada ayat di atas berfungsi untuk menjelaskan jenis. Makna ayat,

“Dan persiapkanlah untuk mereka itu berupa kekuatan apa saja yang kalian mampu.” (QS. Al Anfal : 60), meliputi semua jenis alat yang bisa dilemparkan, semua jenis tambatan kuda, dan semua jenis kendaraan perang lainnya. Dengan demikian, baik alat maupun kendaraan pada ayat di atas meliputi segala perlengkapan perang yang dapat kita bayangkan.

Dalam Islam, keterampilan melempar memiliki peran yang sangat penting karena semua perlengkapan tidak akan berarti jika tidak disertai dengan keterampilan melempar yang baik. Karena itulah maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan dalam hadits riwayat Imam Ahmad, Muslim, dan lainnya dari Uqbah Bin Amir radhiyallahu ‘anhu,

“Saya mendengar Rasulullah berpidato di atas mimbar dengan membaca, ‘Dan persiapkanlah untuk mereka berupa kekuatan apa saja yang kalian mampu.’ Kemudian beliau bersabda, ‘Ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah melempar, ketahuilah bahwa kekuatan itu adalah melempar.”

Demikian pula hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ashabussunan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Lemparlah dan menungganglah, jika kalian melempar itu lebih baik daripada menunggang berkendaraan.”

Kekuatan melempar ini membutuhkan kebersihan diri, keteraturan, latihan fisik, dan latihan-latihan kemiliteran dengan berbagai bentuknya, pengenalan terhadap jenis-jenis senjata dan amunisi, cara memproduksinya, teknik penggunaan, dan pemeliharaannya. Di samping itu juga harus mengenal taktik dan strategi perang dalam berbagai kondisi dengan berbagai alat dan cara, strategi penempatan posisi dan perlengkapan-perlengkapan yang lain dengan cara yang sebaik-baiknya, mengetahui strategi inteligensi dan pengumpulan informasi, cara bersembunyi, strategi menghindar dan bertahan, cara berbalik dan lari di medan tempur, dan sebagainya.

Sesuatu yang apabila suatu kewajiban tidak akan sempurna kecuali dengannya disebut wajib. Umat Islam harus merealisasikan semua itu agar dapat mewujudkan kekuatan sesuai dengan tuntutan Al Quran.

Demikianlah, Islam adalah agama kekuatan dengan segala makna yang terkandung di dalamnya. Kuat di bidang akidah, tarbiyah, pengajaran dan kebudayaan, kehidupan sosial, hukum dan perundang-undangan, hubungan luar negeri, berinteraksi dengan musuh, dan dalam segala aspek kehidupan.

Ada sesuatu yang harus kita perhatikan di sini, bahwa Imam Syahid mengaitkan antara kekuatan dengan akhlak untuk mengingatkan bahwa dalam pandangan Islam kekuatan selalu berdampingan dengan akhlak, tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Hal ini didasarkan kepada firman Allah subhanahu wa ta’ala, dalam menggambarkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang beriman,

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersamanya adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama muslim.” (QS. Al Fath : 29)

Tentang hizbullah (partai Allah), Ia subhanahu wa ta’ala, berfirman,

“Merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang-orang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, berjihad di jalan Allah, dan tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.” (QS. Al Ma’idah : 54)

Disadur dari : http://www.hasanalbanna.com/islam-adalah-kekuatan


TAG

nanomag

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Aenean commodo ligula eget dolor. Aenean massa. Cum sociis natoque penatibus et magnis dis parturient montes, nascetur ridiculus mus.


0 thoughts on “Islam Adalah Kekuatan